Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Persamaan Hammett

Gambar
Hammett mengukur efek substituen pada reaksi apapun dengan mendefinisikan elektronik empiris Parameter substituen (σ) yang berasal dari konstanta keasaman, Ka dari asam benzoat tersubstitusi. Persamaan Hammett menghubungkan besaran konstanta kesetimbangan relatif terhadap suatu reaksi konstan ρ dan konstanta substituen σ. Pada tahun 1937 Hammett mengusulkan suatu hubungan kuantitatif untuk menghitung pengaruh substituen terhadap reaktivitas molekul, hubungan ini disebut persamaan Hammett.  persamaan Hammett. = Persamaan ini berkorelasi tingkat lebih dari dua ratus reaksi dengan struktur reaktan. Persamaan seperti sekarang ini berlaku hanya untuk reaksi aromatic senyawa dan turunannya. Persamaan Hammett biasanya tertulis dengan k = tetapan hidrolisis ester tersubstitusi meta atau para, ko = tetapan hidrolisis yang bekaitan dengan senyawa tak tersubstitusi, σ = tetapan substituen, ρ = tetapan reaksi. Persamaan ini menggambarkan pengaruh substituen polar posi

Keasaman dan Kebasaan Senyawa Organik

Gambar
Konsep Teori Asam Basa 1884 Arhennius            Asam adalah sumber ion H + 1923 Bronsted Lowry Asam adalah donor H + 1916 G.N Lewis Asam menerima pasangan elektron (:) Asam & basa Brønsted-Lowry: asam menyumbangkan proton (H + 1) & basa menerimanya Pasangan konjugasi: sebelum & setelah kehilangan proton Asam tidak selalu ada H, oleh karena itu teori selanjutnya dengan hukum lewis berdasarkan pernyataa diatas akan menyatakan sebagai berikut Elektrofil & nukleofil adalah zat kimia organik yang disebut Lewis acids & Basis Lewis Asam Organik       Asam organik dicirikan oleh adanya atom hidrogen yang terpolarisasi positif. Terdapat dua macam asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat dengan atom oksigen, seperti pada metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan langsung dengan gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton. 

Aromatisasi

Gambar
Senyawa Aromatik   dan Aromatisasi Aromatisitas  adalah sebuah sifat kimia dimana sebuah cincin terkonjugasi yang ikatannya terdiri dari ikatan tak jenuh senayawa tunggal atau orbit kosong menunjukan stabilitas yang lebih kuat dibandingkan stabilitas sebuah sistem yang hanya terdiri dari konjugasi. Aromatisitas juga bisa dianggap sebagai manifestasi dari delokalisasi siklik dan resonansi Senyawa aromatik diberi nama dengan nama non-sistematik • Nama nonsistematik tidak dianjurkan tetapi diizinkan oleh IUPAC • Nama umum metilbenzena adalah toluene • Nama umum hydroksibenzena adalah fenol • Nama umum aminobenzena adalah anilina Penamaan senyawa aromatik 1. Benzena monosubstitusi  • Nama sistematiknya sama caranya dengan hidrokarbon lainnya    – Benzena digunakan sebagai nama induk • C6H5Br adalah bromobenzena • C6H5NO2 adalah nitrobenzena • C6H5CH2CH2CH3 adalah propilbenzena Arena • Benzena tersubstitusi alkil • Namanya tergantung pada ukuran gugus alkil •

Kontrol Kinetik, Termodinamik dan Kurva Progress Reaksi

Gambar
Kontrol Kinetik dan Termodinamika dalam reaksi Senyawa Organik            Dalam reaksi kimia tidak seluruh senyawa berubah menjadi satu produk , tetapi  tergantung pada kondisi reaksi saat reaksi berlangsung. Ostwald dengan cepat menunjukkan bahwa Situasi bahkan lebih kompleks dari ini, karena di Fakta sebenarnya beberapa reaksi transien tambahan ikut campur antara reaksi 1 dan reaksi 2, yang mengarah ke pembentukan produk semacam natrium klorat atau Na (ClO3) dan natrium perklorat atau Na (ClO4) – situasi yang ia gambarkan dengan cara freeenergi Untuk memudahkan dalam memahami dapat dilihat pada gambar dibawah Suhu rendah dan / atau waktu reaksi pendek menguntungkan kinetis terkontrol reaktivitas, sedangkan suhu tinggi dan / atau waktu reaksi berkepanjangan yang disukai secara termodinamika reaktivitas terkontrol. Contoh dapat diambil dari senyawa dibawah Kondisi Kontrol kinetic     1.     Biasanya terjadi saat reaksinya irreversible.     2.     Produk ut